Langsung ke konten utama

PAMIT

Awalnya aku percaya padamu kan kutitip hati
Menggiring sendiri dalam balutan hangat senyummu
Meniadakan sepi lewat tawa bersamamu
Dan percaya semestalah yang mengirimmu

Aku membulatkan tekad untuk menetap
Bukan sementara singgah lalu punah
Bukan ingin membuat rusuh tapi ingin menitip resah
Bukan ingin tinggal untuk segera tanggal

Dan setelah di fase itu
Kau menyatakan keberatan
Cinta yang kukira candu nyatanya cuma canda
Obrolan yang penuh kehangatan
Berakhir pahit tanpa pernah ada peringatan

Komentar

  1. Namun terkadang yang pergi tanpa pamit adalah mereka yang sejustrusnya adalah yang paling merasakan pahit.

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

LAJU

Seorang bertanya padaku Tentang siapa diriku Entalah jawabku pasrah Aku pun ragu siapa diriku Hadirku dan ceritaku Belum juga mampu Manjawab segala ragumu Dan juga raguku Akhirnya kita tak tau Langkah tak juga menentu Namun kereta terus melaju Laju Sebuah cerita yang hadir karena ragu Dengan makna yang abu-abu Dan aku adalah pemeran utamanya Yang sering ragu dan diragukan Namun langkah terus melaju Sebab laju tak mengenal ragu

Kini

Aku sedang di persimpangan jalan Menuju awal Atau malah sebaliknya Dahulu pernah ber angan Duduk dan berstana di pucuk pimpinan Ah sial Angan ku sudah terlewatkan Namun menyerah bukan jalan Posisi dan kedudukan akan berguna Ketika rasa selaras dengan jiwa Yang kau agungkan sekarang tak lebih dari sebuah khayalan Sadar Dirimu bukan sedang berperang Yang kau lawan itu kawan Yang kau serang itu teman Dan  Yang kau jatuhkan itu sodaramu Dengarkan Tenangkan ragamu kini Murnikan pikiran dan jiwamu Sebab nanti Dirimu tak berjuang sendiriKau perlu kawan Hentikan Hentikan Jangan biarkan ambisi, obsesimu itu Menajdi raja di kepalamu